Jumat, 19 November 2010

Dear Shakira, Its Not Only Hips-Feelings Also Don't Lie

Here i am, on 03.00 pm. sitting next to my half-bald Persian cat. Biology books shattered around the floor. Cell Reproduction test tomorrow.
The temptation is back. I can no longer resist to write down my silly thoughts.

Been weeks since my last post. I know no one's waiting, though i wish someone does. Things happens. Things changes. Somethings don't. Well, my life's going as most people's is. Its the same odd circle of things that you're stuck in. Your life.

Gosh did i sounds like a dying hag.
Gosh did i sounds a lot like bule-wanna be.

If i put a player that randomly play songs according the blog's mood, it would probably play a quite ancient Indonesian song. there were a lot of people singing this song back in late 90's. a very very known song. Bang Toyib.

Iye, Bang Toyib yang lagu dangdut itu. Memang baru satu kali lebaran.. well dua kali deh gue ngga pencet 'new post'. Eid Fitri, Eid Adha, i left this blog all by herself. Well, if this is really a she, dan gue adalah sosok abang-abang bernama toyib, ngga ada lagu lain yang lebih cocok untuk menemani labilnya hati si blog yang kesepian ini. Saat gue maraton makan ketupat dari rumah-ke rumah sampe gue berdoa gue punya alergi sama padi saking eneknya, gue tidak me'lapor'kannya disini. Saat gue berjuang menahan bau sate kambing dan bau bapak-bapak setelah ikutan motong kambing, gue tidak 'mengadu' kesini. Sedihnya.

Tapi gue bukan abang-abang. Bukan juga mbak-mbak. Gue.. dek-dek. In a better way of speaking, Dede.
Yeah, definitely the everyday rambling teenager. Ordinary teenage girls.
Another creature made up of vulnerable feelings. Makhluk perasa, bukan makhluk logis. A female, not a male.

Yap, they always say that. That men use their brains more than women, and women use their feeling to everything. Admit it or not, I very much do.

I have recently decided to believe more in my feelings. Really, life has just taught me this.

You know, a week of test is a common curse for a hi-scul student. Gue baru kekutuk kena seminggu maraton ulangan beberapa minggu kemaren.
Isi agenda gue cantik sekali. Sangat inspirating.
Senin: Ulangan Fisika.
Selasa: Ulangan Matematika
Rabu: Ulangan kimia
Kamis: Ulangan Penjaskes
Jumat: Ulangan Kewarganegaraan. TOEFL simulation test.
Sabtu: probably died of over doses of test

Melewati ulangan fisiksa dan matematikan yang menyiksa, diracuni kimia keesokan harinya. What a sweet life i had. Inget cerita gue tentang guru penjaskes gue yang nyebelinnya minta dipenggal? if there's a thing more annoying than himself, is the tests he held. He's notorious for held less-than-5-minutes theory tests. Dengan dodolnya tidak akan ada murid yang lulus dari ulangan penjaskes tertulis, lalu dengan semena-mena setiap murid yang tidak lulus akan dititahkan beli bola. Gue curiga ini guru ngga makan nasi, tapi makan bola.

Semalem sebelum ulangan, gue dikabarin kalo ulangannya bakal tentang perwasitan basket. Entah kenapa, gue malah punya keinginan-entah darimana- untuk buka materi yang lain. Gue sampe ngetik rangkuman dari materi lain itu, bahkan sampe diedit dan diprint segala. Besoknya, sampe di sekolah, melihat temen-temen gue ngafal kode perwasitan dengan sedemikian gigihnya, sampe bisa mengkoreografikan satu tarian penuh dari sinyal-sinyal perwasitan, gue pun terpaksa dan terpersuasi untuk ikutan ngafal juga. Kertas rangkuman tinggal kertas, malah sama temen gue dibikin jadi pesawat. Trus dibakar ujungnya, katanya biar kayak roket. Temen gue sudah positif mabok ulangan.

Setelah 80 menit menghafal kode perwasitan, si Bapak minta-dipenggal ini masuk kelas. And there it was, the legendary fastest test ever dengan soal-soal yang sama sekali ngga nanyain tentang kode perwasitan. Dari 5 soal yang dikasih, empat setengah soal ada jawabannya di kertas rangkuman itu. Satu-satunya yang gue inget dari rangkuman gue cuma formatnya: font Times New Roman 12. Gue menyesal dengan sedalam-dalamnya, menyia-nyiakan satu-satunya kesempatan yang tersisa dalam hidup gue untuk sekali-kalinya lulus ulangan teori penjaskes. Okey, untuk sekali-kalinya lulus ulangan. My feeling has provided me the only chance to pass on the test that the first rank student in my class probably wouldn't pass, but i neglected it.

Belajar dari itu, gue kapok nyuekin feeling sendiri. Masih inget jadwal ulangan gue? Besoknya gue kedapetan ulangan kewarganegaraan. And there was once section of the textbook i keep reading about. Feeling gue bilang, itu bagian bakal jadi soal ulangan untuk besok. Besoknya, gue minta bocoran soal ke temen gue yang kelasnya udah ulangan duluan. Bagian yang gue baca itu ngga ada disebut-sebut, tapi gue ngotot tetep ngafalin. Gue mau ngetes kesaktian feeling gue.  Kebetulan gue cerita ke temen sekelas gue. Dia ngga ikutan ngafal, tapi nyatet bagian yang gue hafalin di atas mejanya.

It turns out, ternyata bocoran dari temen gue bener. Soal-soalnya ngga ada yang diganti, persis sama kayak apa yang temen gue kasih tau. But surprisingly, the teacher decided that she need to give us one extra essay question, regarding on the fact that we're the last class having the same kind of test. Katanya, feelingnya bilang kalo murid-murid udah dapet bocoran soal dari kelas lain. Yes, was it right but was mine too. Her extra question is questing just the thing my friend has wrote in her table. Iya, bagian yang gue hafalin. Sakti parah.
Mulai saat itu, temen gue nganggep gue anak indigo. Mulai saat itu, cara pandang gue terhadap feeling gue berubah.

I start relying on my feelings. Well, mungkin tidak sebegitu bergantungnya, but i consider it a lot before taking decisions or doing something.

Gue jadi inget buku 'The Secret'-nya Rhonda Bhynes yang dikasih Ibu gue. Gue buka-buka dikit, dan terbukalah semua tabir si dukun feeling ini. It is mentioned in the book that everything we believe the most will come true. Ngga, feeling gue ngga akan pernah bisa menebak kejadian apa besok, kapan Merapi bakal meletus, misalnya. Feeling gue ngga akan pernah nentuin apa besok bakal hujan ato cerah. Tapi mungkin, kepercayaan gue sama feeling gue yang begitu kuatnya-  lah yang bikin semua ini kejadian. Mungkin, sadar ngga sadar, gue naro kepercayaan yang demikian kuat sama feeling gue, sampe pemancar paling kuat di dunia: pikiran gue - sekuat pikiran elo juga - mancarin feeling gue and nature react by making this things happen.

Well, this whole post's just another written feeling, another written speculation of mine.. whether it is right or wrong depends on you, whether you believe all these dwell i am writing or not. But just remember, that what you believe have a very big chance to come true :D

Happy deciding what to believe, people. Happy late night - early morning, and happy bleaked-eye to me!
PS: wish me luck for today's test :D