well, i am a high-tech hostage. di saat gue nulis ini, gue lagi di atas penerbangan SJ0033. my first flight alone, literally.
iyep, 16 taun gue idup, gue ga pernah naik pesawat sesendiri ini. biasanya kalo gue travel tanpa orangtua, gue dititip sama pramugari ato kenalan2 nyokap gue. walaupun kenalan on the spot. biasanya nyokap bakal ikut check in ngurus bagasi, ngajak ngomong ibu2 yang satu antrian,and the next thing i know is tiba2 gue dititip sama si ibu2 nan malang itu. that's what i mean by 'kenalan on the spot'.
kali ini, gue sengaja check in sendiri. ngacir dari nyokap. dan gue langsung kualat. dompet gue jatoh di bawah palang troli. pas gue bangkit dari ngambil dompet, kepala gue kejedot palang. tepat di ubun2. kenceng pula.
the lesson is, ridho tuhan adalah ridho orangtua. jangan sampe elo kualat, terutama dengan cara sebodoh gue.
mengingat gue agak telat check in-nya, gue ga bisa request seat. gue dapet seat 1b. gue duduk diantara dua bapak2 yang kayak pinang dibelah gergaji. 180 derajat beda. sebelah kiri gue, duduk deket jendela, adalah bapak2 berambut gondrong model chrisye yang entah kenapa sangat excited memotret pemandangan dari jendela pesawat. pake blitz pula. gue, jadi ngerasa seolah2 pesawat yg gue tumpangin waktu itu ada built in petir indoor.
then, di sebelah kanan gue, adalah bapak2 setengah botak (atau botak setengah?) yang style-nya sangat pengusaha, sepanjang perjalanan baca buku-nya Andrea Hirata yang paling baru. gue lupa judulnya.
ketika mereka berdua liat2an, gue berasa kayak kaca retak yang misahin mereka.
gue sempet ngobrol dikit sama si bapak ber-style pengusaha. and i found out something quite interesting in our conversation. gue sempet ditanya mau ngapain ke Jakarta, dan ketika gue jawab gue kepilih ikutan semacem forum untuk pemuda Indonesia - si bapak langsung nyeletuk, "Kamu anak siapa? Bapakmu kerja dimana?"
as a result, bergaung di kepala gue, nyaris teromongkan di mulut,
"Do we need to be somebody's daughter in order to be heard in a national forum?"
apa hanya anak-anak dari 'orang-orang tertentu' yang bisa bersuara dalam forum nasional?
apa pekerjaan orangtua menentukan lingkup pendengar aspirasi seseorang?
it's 2010. it should be answered, no more. bahkan sejak dulu, selalu ada 'nobody' yang berhasil berbicara di depan rakyat senegara. bahkan masyarakat sedunia.
then, why, in this post modern world, it's not the aspiration that matters, it's the background of the speaker that matters?
gue ngerasa, jawaban kayak gini agak ga sopan. agak ngelawan. then i only answered
"Saya anak pak Bubun Bunyamin, musisi. Bapak baca buku apa?"
the bald man distracted. gue berhasil ngeganti topik pembicaraan. a long derscription about that Andrea Hirata's book ended the conversation.
this is only the beginning of my 2nd holiday hostaging. wonder what's gonna be next...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar